Institut Seni Indonesia ISI Solo Gelar Orasi Budaya Closing 24 Jam Menari Tahun 2025

ISI Solo gelar perayaan hari tari dunia tahun 2025.

Surakarta, suaraindonesia.co - Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhomardowo, Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro, S. Sos., M.A. menyatakan bahwa pada akhirnya proses menari adalah untuk menemukan harmoni. demikian diungkapkan Kanjeng Noto dalam Orasi Budaya pada seremonial penutupan 24 Jam Menari ISI Solo dalam rangka Perayaan Hari Tari Dunia 2025 yang mengambil tema “Land of Thousand Kingdoms” di Teater Terbuka ISI Solo pada Rabu, (30/4/2025 pagi.

Menurut KPH Notonegoro, menari adalah rangkaian proses dan tahapan mulai dari urusan ketubuhan atau olah tubuh, kemudian beranjak pada olah pikir atau fokus, yang kemudian berpuncak pada olah rasa.

“Kalau kita sudah lepas dari masalah ketubuhan, selesai dengan urusan fokus, kita akan masuk pada momen dimana kita tidak lagi berpikir, karena kondisi sekeliling kita tidak lagi mengganggu, yang ada hanya diri kita sendiri dan badan kita bergerak, seolah-olah ada energi atau daya yang menggerakkan badan kita, ini tingkatan yang mungkin sulit dicapai,” ungkap Kanjeng Noto.

Namun, lanjutnya, tidak setiap kali kita menari dapat mencapainya, keadaan inilah yang harus kita coba untuk dipertahankan. Karena pada situasi ini kita bisa berdamai dengan diri sendiri, dengan alam sekitar, dan berdamai dengan hidup. di sinilah kita akan menemukan harmoni.

Menurut Kanjeng Noto, agenda perayaan Hari Tari Dunia ini sangat penting karena pada saat kita menari, pada saat kita olah tubuh dan olah rasa, kita akan dibiasakan untuk mencari harmoni, selaras dengan gending selaras dengan musik dan akan berusaha menjauhkan diri dengan pertentangan.

“Kalau kita ingin memengaruhi dunia ini supaya menjadi lebih baik, teruslah menari. 24 jam menari ISI Solo yang sudah berjalan 19 tahun dan mau memasuki tahun ke-20, akan lebih bagus kalau tidak hanya dilakukan di Solo, menularkan ini lebih massif dan diselenggarakan di berbagai tempat,” tegasnya.

Dengan digelar di banyak tempat, kita akan melatih generasi muda untuk mengolah tubuh, mengolah pikiran, dan mengolah rasanya. “Kelak saat mereka menjadi pemimpin di masa depan, mereka akan menjadi pemimpin yang selalu mencari keselarasan, harmoni, dan kedamaian,” pungkas Kanjeng Noto.

Dari catatan panitia, sebanyak 89 kontingen dari seluruh Indonesia, dua kelompok dari Malaysia dan Thailand, empat perwakilan dari keraton di Solo dan Jogja, tujuh komunitas, tujuh penari 24 jam, dan dua musisi 24 dengan lebih dari 20000-an penari dan pendukung acara, sukses melaksanakan gelaran 24 Jam Menari ISI Solo tahun 2025.

Humas/anton/anhar.

[Redaksi]

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama